24 Januari 2010

Takut Banjir (?)

Dampak dari udah bisanya Azkiya&Icha membaca di usia TK, mulut gue jadi keriting akibat banyak menjawab pertanyaan kritis mereka dan otak gue harus dibiasakan loading cepat untuk memilah-milih kata yang tepat untuk menjawab. Yang namanya emak-emak dengan kerja seabrek ( dan gak kelar-kelar ), gue kecolongan juga. Pas lagi libur sekolahnya, gak biasa-biasanya suasana di rumah gue adem ayem kayak pagi ini. Gue curiga, gue intip mereka..Oooh..lagi baca koran..baguss..untuk up date informasi..Gue lanjut kerja..trus otak gue baru connect..What's..koran ?? Berita apa gerang yang dibaca, yang gue tahu kan koran = berita politik, ekonomi, kriminal ?? Oh no anak-anak gue belum cukup umur. Cepat-cepat gue ke ruang tamu tempat mereka bermain dan bereksperimen dengan semua barang yang ada di rumah.
Belum sempat gue ambil tuh koran, Azkiya & Icha sudah bosan membacanya dan mereka mulai berdiskusi.
"Cha..kalau hujan gak berhenti-berhenti bisa banjir lho.."
"Iya.. Mbak.."
"Trus kalau banyak sampah berserakan juga bisa banjir lho.."
"Iya..Mbak..ngeri ya bisa tenggelam nanti"
"Iya..makanya Azkiya dan Icha gak boleh buang sampah sembarangan ya.." sambung gue.
"Iya Mi..kalau buang sampah di tempat sampah kan Mi??"
"Pinter.."
Gue lega, mereka hanya membaca tentang banjir yang lagi terjadi di Ibukota. Tapi, setelah kejadian itu, gue jadi stress banget dengan tingkah mereka terutama Azkiya..Bayangin deh setiap kali hujan terjadi Azkiya nangis ketakutan dan setiap 5 detik sekali nanya ke gue : "Mi..hujannya kapan berhenti..Azkiya takut banjir.." Gue sudah menenangkan mereka dan menyuruh mereka berdoa pada Allah agar banjir tidak terjadi. Belakangan ini kan memang sering terjadi hujan lebat dengan angin kencang dan petir yang menakutkan. Gue sendiri juga takut apalagi gue dengar-dengar banyak pohon tumbang dan rumah rusak karena hujan badai tersebut. Gue yang emang penakut dari sononya plus sikap panik gue yang over dosis pasti semakin horor dong dengan tingkah 2 putri gue yang menambah suasana makin mencekam. Belum lagi si bayi Mumtaz yang jadi rewel melihat tingkah kakak-kakaknya yang mewek gitu. Akhirnya suami gue turun tangan juga melihat keadaan istri dan anak-anaknya yang mulai mengkhawatirkan hehehe. Suami gue mulai ceramah dan menjelaskan ke anak-anak gue kalau hujan itu adalah Rahmat Allah yang diturunkan Allah karena Allah sayang sama kita. Coba kalau gak hujan-hujan ?? semua tanaman akan kekeringan dan mati.
"Oooo..gitu ya Bi..Rahmat Allah itu apa Bi? Kok sama kayak nama Abi?"
Ya..ya..pertanyaan itu menandakan mereka sudah gak mewek lagi.